Jumat, 26 Juli 2013

MENANAMKAN PENDIDIKAN SILATURAHMI SEJAK DINI


MENANAMKAN PENDIDIKAN SILATURAHMI SEJAK DINI
 ( Drs.H.tamtomo Utamapati,M.Pd )
Pengamat Pendidikan di Surabaya.

            Sebentar lagi kita umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Fitri yang merupakan hari bersejarah bagi umat islam sedunia.Pada saat inilah akan terjadi komunikasi  dua arah  dan bahkan banyak arah ( terutama di Indonesia ). Komunikasi ini akan melibatkan hubungan darah ataupun yang tak ada hubungan tali persaudaraan sekalipun. Dari sinilah kita bisa melihat betapa pentingnya manfaat memupuk tali silaturahmi / bertemu muka antar manusia.
            Rasulullah Alaihi Wasalam berwasiat kepada Abu Dzar Al Ghifari , yang intinya ada 7 ( tujuh ) macam, yaitu: ( 1 ) supaya engkau mencintai orang – orang miskin dan dekat dengan mereka, ( 2 ) beliau memerintahkan aku agar aku melihat orang yang berada dibawahku dan tidak melihat orang yang berada diatasku, ( 3 ) beliau memerintahkan agar aku menyambung tali silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, ( 4 ) aku dianjurkan memperbanyak ucapan La  Haula Wala Quwataila billah / tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah, ( 5 ) aku diperintahkan untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, ( 6 ) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwa kepada Allah, dan ( 7 ) beliau melarang aku agar tidak minta – minta sesuatupun kepada manusia.
            Apabila 7 ( tujuh ) wasiat ini diberikan orang tua kepada anaknya sejak dini,  maka yang dilakukan orang tua pada anaknya mempunyai makna yang dalam dan sangat bermanfaat bagi kehidupan anaknya kelak dikemudian hari. Insyaallah anak tersebut tidak hanya akan berguna bagi kehidupan di dunia tetapi juga kehidupan di  akhirat kelak.
            Orang tua yang mengajak anaknya untuk mempererat tali silaturahmi baik pada hari raya idul fitri maupun hari – hari lain akan membawa kehidupan anaknya lebih islami dan mengerti bagaimana susahnya menjadi orang miskin. Mereka tidak hanya tahu dalam arti teori, betapa sulitnya menjadi orang miskin, tetapi juga dalam arti yang sesungguhnya,  bagaimanakah jadi orang miskin?. Apabila hal ini betul  – betul diketahui, diamati dalam keseharian, maka orang tua tersebut akan membentuk jiwa anaknya menjadi anak yang welas asih pada orang lain. Lebih jauh jika anak tersebut menjadi pemimpin,  dia akan menjadi pemimpin yang disegani, dihormati karena tahu penderitaan masyarakat miskin. Dia akan jadi pemimpin yang bijaksana, adil, bermartabat, jujur dan bebas dari KKN.
            Makna yang lain jika anak tersebut melihat orang – orang yang nasibnya dibawah kita akan membentuk jiwa anak yang penuh kepasrahan, keikhlasan dan rasa syukur yang berupa kenikmatan hidup dan sehat dari Sang Khalik, karena oleh Allah memberikan sesuatu yang lebih daripada mahluk lainnya .
            Dengan menyambung tali silaturahmi kepada sesama manusia walaupun orang lain berbuat kasar kepada kita, akan memupuk jiwa yang besar yaitu jiwa yang mudah memaafkan orang lain. Dari sinilah kita melihat bahwa dalam hidup  didunia diperlukan keberanian untuk berdiri dan berbicara dan keberanianpun diperlukan untuk duduk dan mendengarkan. Artinya sebagai manusia kita harus berani mengatakan benar jika itu benar dan salah jika itu salah.
            Islam juga mengajarkan kita untuk bekerja keras dan tidak mengajarkan untuk minta – minta. Hal ini bermakna bahwa hidup adalah penuh perjuangan dan perjuangan itu harus dimaksimalkan agar kebahagiaan dunia bisa terpenuhi.
            Pada saat bersilaturahmi ini akan membentuk jiwa anak yang sabar, lemah lembut, menyayangi mereka yang menderita dan berupaya untuk menolongnya, memperhatikan keadaan mereka meskipun mereka jauh dan berbuat jahat kepada kita.
            Silaturahmi yang hakiki sebenarnya bukanlah menyambung hubungan baik dengan orang yang telah berbuat baik kepada kita, namun silaturahmi  yang hakiki adalah menyambung hubungan kekerabatan yang telah retak dan putus dan berbuat baik kepada kerabat yang berbuat jahat kepada kita. Rasullullah Shallalahu ‘alaihi wasalam bersabda: “ Orang yang menyambung kekerabatan bukanlah orang yang membalas kebaikan, tetapi orang yang menyambung  kekerabatannya apabila diputus “.
            Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung silaturahmi. Dengan bersilaturahmi Allah akan melapangkan rejeki dan memanjangkan umur kita. Dan bagi orang yang memutuskan tali  silaturahmi Allah akan mempersempit rejekinya dan tidak diberikan keberkahan pada hartanya.
            Bersilaturahmi dapat dilakukan dengan cara mengunjungi karib kerabat, menanyakan kabarnya, memberikan hadiah, bersedekah kepada mereka yang miskin, menghormati mereka yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda dan lemah, serta menanyakan terus keberadaan mereka baik secara langsung atau tidak langsung melalui surat, telepon, SMS dan sebagainya. Yang jelas dengan silaturahmi akan membawa kebaikan bagi kita semua, baik yang muda maupun yang tua. Adapun silaturahmi yang paling utama adalah kepada orang tua, karena orang tua adalah kerabat yang paling dekat, yang memiliki jasa yang sangat besar, mereka memberikan kasih sayangnya sepanjang hidupnya. Sebagai orang tua maka keteladanan sangat diperlukan untuk membentuk anak yang mandiri, bertanggung jawab dan berahlak mulia. Lebih jauh orang tua harus mendidik dengan hati yang penjabarannya adalah jangan takut melakukan sesuatu jika melakukan sesuatu yang baik.
            Sebagai orang tua yang baik, maka orang tua harus mempunyai niat baja, tekun memberi keteladanan, memberikan sentuhan hati menanamkan semangat dan berilmu tinggi.

Kamis, 25 Juli 2013

baca: PENARIKAN PAJAK HARUS DIIMBANGI DNG FASILITAS JALA...

baca: PENARIKAN PAJAK HARUS DIIMBANGI DNG FASILITAS JALA...: PENARIKAN PAJAK HARUS DIIMBANGI DNG FASILITAS JALAN YANG BAIK OLEH: TAMTOMO UTAMAPATI                  Perlindungan konsumen di Indones...

baca: Pendidikan Berkualitas Murah Meriah, mungkinkah ?...

baca: Pendidikan Berkualitas Murah Meriah, mungkinkah ?
...
: Pendidikan Berkualitas Murah Meriah, mungkinkah ? Drs. H. Tamtomo Utamapati, MP.d Pengamat Pendidikan     Desentralisasi pendidikan  menuntu...

baca: PEMBANGUNAN KARAKTER ANAK BANGSA MENUJU GENERASI Y...

baca: PEMBANGUNAN KARAKTER ANAK BANGSA MENUJU GENERASI Y...: PEMBANGUNAN KARAKTER ANAK BANGSA MENUJU GENERASI YANG BERKUALITAS. Oleh: Tamtomo Utamapati,  Surabaya ) I. Latar Belakang Masalah: a.    Per...

baca: KEMANDIRIAN KEPALA SEKOLAH SWASTA, SEBUAH HARGA MA...

baca: KEMANDIRIAN KEPALA SEKOLAH SWASTA, SEBUAH HARGA MA...: KEMANDIRIAN KEPALA SEKOLAH SWASTA, SEBUAH HARGA MATI. Drs.  Tamtomo Utamapati, M.Pd  Pengamat Pendidikan P endidikan di Indonesia tida...
PENARIKAN PAJAK HARUS DIIMBANGI DNG FASILITAS JALAN YANG BAIK
OLEH: TAMTOMO UTAMAPATI



                 Perlindungan konsumen di Indonesia masih jauh dari sempurna atau boleh dikatakan tidak ada imbal balik sama sekali, antara besarnya pajak yang terus meningkat angkanya, terutama yang kita setorkan ke negara, bahkan variasi pajak makin bertambah jenisnya. Dengan kata lain pendapatan pajak yang diterima negara makin besar, sementara fasilitas yang harus dipenuhi negara untuk kemaslahatan bersama bagi warga negara hampir tidak terpenuhi secara maksimal.
                 Salah satu contoh adalah lubang dijalan yang jarang tercover untuk diperbaiki dengan cepat dan baik.Andaikan ada itupun sangat lama setelah pembayar pajak ada yang meninggal atau terluka parah.Kasihan nasib rakyat kecil seperti kita ini. Pajak wajib dibayar kalau terlambat di DENDA.Sementara pembayar pajak sendiri jadi korban kecelakaan lalu lintas terkadang ada yang luka bahkan ada yang meninggal dunia.
                 Bagaimana Para Petinggi di bumi kita ini, kalau yang jadi korban diri anda sendiri karena menggunakan kendaraan bermotor roda dua yang mati sia -  sia karena jalan yang berlubang yang tidak segera ditangani dengan cepat. Impian saya bagaimana kalau para petinggi kita naik sepeda motor roda dua supaya tahu kesulitan rakyat kecil.Ingat setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kelak dikemudian hari.

Selasa, 23 Juli 2013

Antara Bosnas dan Bopda

Senin, 20 Desember 2010 09:35 WIB
M Romandhon MK Peneliti The Culture and Society Community Drs H Tamtomo Utamapati MPd , bambangtomo@gmail.com Hal yang lagi hangat dibicarakan dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah bantuan dari pemerintah, baik Bosnas dan Bopda yang fungsinya untuk menopang dunia pendidikan. Bantuan ini sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan pendidikan, namun ada hal yang jauh lebih penting dicermati dalam hal pertanggung jawaban melalui laporan pertanggungjawaban. Ada keberagaman penafsiran dalam menyikapi bantuan ini, terkadang antarkepala sekolah masih ada perbedaan dalam hal pembuatan laporan pertanggungjawaban ini, bahkan personal departemen pendidikan pun masih ada beberapa perbedaan persepsi dalam menyikapi dua macam bantuan ini. Perbedaan persepsi terjadi karena salah satu di antaranya disebabkan oleh kurangnya komunikasi, informasi, serta sosialisasi dari dinas terkait terhadap aparat di bawahnya sebagai penerima bantuan. Bahkan ada perbedaan persepsi pihak dinas pendidikan, kejaksaan dan kepolisian dalam kaitannya dengan pelaksanaan di lapangan. Kalau dicermati aturan tertulis sudah jelas terhadap apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang dalam penggunaan Bosnas dan Bopda. Namun, sifatnya masih umum dan belum spesifikasi dalam hal penggunaan dan pelaporannya. Dengan demikian, maka diperlukan adanya sosialisasi dalam penggunaan dan pelaporan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban. Tidak ada jeleknya kalau dinas pendidikan memfasilitasi forum tanya jawab dalam kaitannya terbitnya kendala di lapangan untuk dipublikasikan melalui media massa atau media elektronik lainnya, agar penyimpangan yang disebabkan oleh pengetahuan yang terbatas dari para kepala sekolah dalam bidang hukum dapat diminimalisasi. Di samping itu sebaiknya pihak dinas pendidikan harus memberikan saran kepada para kepala sekolah dengan melibatkan banyak pihak, di antaranya pelibatan unsur kejaksaan, kepolisian dan juga pihak inspektorat wilayah, demi mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Dengan demikian maka masyarakat pun mengetahui, apa dan bagaimana Bosnas dan Bopda itu sebenarnya. Bagaimana pun juga bantuan itu menguntungkan pihak sekolah, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana pelaporan pertanggungjawabannya yang benar, agar tidak terjadi kesalahan baik secara hukum maupun norma yang berlaku bagi masyarakat. Mengingat begitu pesatnya arus informasi dan arus perubahan informasi dewasa ini, kepala sekolah dituntut harus tanggap terhadap permasalahan secara tepat, cepat, akurat dan kredibel. Mengingat pesatnya arus informasi dan arus perubahan informasi dewasa ini, kepala sekolah dituntut harus tanggap terhadap permasalahan secara tepat, cepat, akurat dan kredibel.
Pendidikan Berkualitas Murah Meriah, mungkinkah ?
Drs. H. Tamtomo Utamapati, MP.d
Pengamat Pendidikan




    Desentralisasi pendidikan  menuntut kepala sekolah agar berperilaku kritis, kreatif, obyektif serta inovatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan ( terutama lembaga Swasta yang dananya dari masyarakat ).
    Kritis dapat diartikan kritis terhadap kebutuhan siswa dalam upaya peningkatan mutu, kreatif dapat diartikan mempunyai daya cipta yang handal terhadap  upaya peningkatan mutu pendidikan, obyektif dapat diartikan dalam menangani segala permasalahan berorientasi pada kepentingan banyak orang, sedangkan inovasi adalah merupakan upaya kepala sekolah sebagai manajer untuk mengadakan pembaharuan dalam upaya peningkatan pembelajaran secara maksimal. Kepala sekolah sebagai manajer haruslah mengadakan prediksi terhadap lembaga yang dipimpinnya untuk dapat meningkatkan kualitas: siswa, guru dan sarana belajar dengan mengantisipasi perubahan, memahami dan mengatasi situasi, mengakomodasi dan mengorientasikan kembali upaya peningkatan mutu. Disamping itu haruslah berorientasi pada tantangan dunia kerja yang dinamis dan kompetitif.
    Peningkatkan kualitas pendidikan adalah  merupakan pekerjaan yang paling berat bagi kepala sekolah sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan, apalagi dengan dana yang murah meriah. Masyarakat sebagai penyandang dana selama ini jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Kesan yang tampak komite sekolah adalah kepanjangan tangan kepala sekolah dalam pengumpulan dana. Padahal dana yang masuk seharusnya dititik beratkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa, bukan  untuk peningkatan sarana belajar yang terkadang masih dimanfaatkan untuk kepentingan diluar program peningkatan mutu.
    Beberapa komponen peningkatan mutu, diantaranya: Keterlibatan total dari semua personal pendidikan yang tidak mengenal akhir dengan proses berkesinambungan dan  memerlukan kepemimpinan dari semua personal pendidikan.
    Keyakinan pokok yang menghalangi upaya penciptaan mutu  adalah banyaknya profesional pendidikan yang meyakini bahwa mutu pendidikan bergantung pada besarnya dana yang dialokasikan.  Dengan dasar inilah masyarakat sebagai kostumer menjadi ” Sapi Perahan ” untuk mendanai keberlangsungan pendidikan. Anggapan bahwa lebih banyak uang yang diinvestasikan dalam pendidikan, maka lebih tinggi juga mutu pendidikannya. Yang perlu dipertanyakan adalah apakah semua sekolah yang menaikkan dana pendidikan sudah mengadakan penelitian dengan kenaikan dana pendidikan, bisa menjamin peningkatan kualitas pendidikannya?.
    Salah satu tolok ukur yang sangat sederhana dalam merumuskan pendidikan berkualitas adalah kepercayaan masyarakat terhadap mutu lulusannya, baik dalam hal pendidikan lanjut dan dunia kerja. Sebagai bahan acuan untuk mengetahui bahwa sekolah itu bermutu diantaranya adalah berfokus pada kostumer ( pertemuan dengan orang tua murid ), keterlibatan total ( melibatkan sekolah, orang tua dan pihak pengusaha sebagai penyandang dana ),  pengukuran ( evaluasi dari semua komponen yang terlibat dalam proses ) dan tak kalah pentingnya adalah mengadakan perbaikan berkelanjutan tanpa henti- hentinya dengan bermodalkan kejujuran dan keterbukaan dengan orang tua murid serta masyarakat pengguna. Hal inilah yang harus diperjuangkan dan dipertahankan oleh kepala sekolah sebagai manajer dalam bidang pendidikan.
    Salah satu contoh upaya menciptakan pendidikan murah meriah, guru harus terbuka dengan pembaharuan, misalnya dengan membuat rangkuman garis besar materi  dari berbagai sumber untuk muridnya, guna mengurangi dana pembelian buku yang merupakan keluhan bagi para orang tua.
    Sudah siapkah lembaga pendidikan dengan adanya pelaksanaan kurikulum 2013 menjadikan lembaga pendidikan yang betul – betul memenuhi kebutuhan masyarakat yang berorientasi pada pendidikan murah meriah?. Ini dapat diartikan tidak ada keluhan dari masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk memasukkan anaknya menjadi siswa di lembaga pendidikan tersebut. Tantangan terberat bagi lembaga pendidikan swasta yang sumbernya berasal dari orang tua siswa/ masyarakat adalah menciptakan pendidikan yang murah namun berkualitas, sehingga tidak ada lagi anak Indonesia usia sekolah yang tidak sekolah. Kewajiban dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang mewajibkan semua sekolah ( baik negeri maupun swasta ) untuk menerima maksimal 5 % dari golongan siswa yang tidak mampu adalah merupakan setitik program menuju pendidikan murah meriah yang sasarannya kedepan adalah menciptakan pendidikan murah meriah tapi berkualitas.









PEMBANGUNAN KARAKTER ANAK BANGSA MENUJU GENERASI YANG BERKUALITAS.
Oleh: Tamtomo Utamapati,  Surabaya )


I. Latar Belakang Masalah:
a.    Persoalan Utama yang dihadapi bangsa kita diantaranya adalah  turunnya nilai – nilai kejujuran, turunnya nilai – nilai kecerdasan karena semakin banyaknya penyimpangan dalam bidang moral, turunnya kepedulian terhadap nilai etika, sopan santun dalam kehidupan sehari - hari. Tidaklah mengherankan apabila kita setiap hari   melihat tayangan media yang berupa tawuran, kenakalan remaja, korupsi, pelecehan seksual dan sebagainya.
b.    Dari persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia, apabila tidak kita selamatkan bersama maka bangsa kita ( termasuk anak didik ), akan menjadi bangsa yang tidak berkualitas atau boleh dikatakan menjadi bangsa yang tidak sukses. Sementara itu kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan semata – mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis ( Hard Skill ), tetapi juga ditentukan oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain ( Soft Skill ). Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 % Hard Skill dan sisanya 80 % oleh Soft Skill . Sehubungan dengan hal ini, maka Pembangunan Karakter Anak Bangsa adalah hal yang tidak bisa ditawar – tawar lagi, agar bangsa Indonesia sebagai Bangsa yang berkualitas.
c.    Penyebab persoalan turunnya nilai – nilai karakter anak bangsa adalah kurangnya keteladanan dari para pemimpin bangsa dalam kehidupan bernegara, kurangnya keteladan orang tua dan guru dalam kehidupan sehari –hari. Disamping itu anak akan membentuk karakternya melalui observasi setiap perilaku orang dewasa dan meniru perilaku tersebut menjadi perilakunya/ imitasi ( Fidelis Waruwu, 2011 )  .
d.    Upaya untuk mengatasi kemerosotan pendidikan karakter anak bangsa haruslah diawali oleh keluarga terlebih dahulu, sesudah itu dilanjutkan oleh sekolah dan masyarakat. Tak kalah pentingnya adalah pelibatan negara. Dengan demikian anak akan diberikan rasa aman, bernilai, dihargai, dipahami dan dicintai. 
e.    Kendala yang dihadapi: turunnya nilai – nilai karakter anak bangsa adalah derasnya arus informasi yang begitu pesat dari negara lain  yang  seolah – olah    dunia kita tanpa batas ( globalisasi ), perbedaan persepsi tentang nilai karakter yang berbeda. Orang tua di rumah dan guru di sekolah hendaklah berfungsi sebagai pendamping untuk memberikan arahan kepada anak didik dan juga berfungsi sebagai filter untuk menyaring budaya yang negatif  untuk dibuang dan menerima budaya yang positif untuk dikembangkan. Oleh sebab itu keluarga, sekolah dan masyarakat haruslah ada satu visi dan misi dalam mendidik siswa dalam kaitannya Pembangunan Karakter menuju generasi yang berkualitas.

KEMANDIRIAN KEPALA SEKOLAH SWASTA, SEBUAH HARGA MATI.
Drs.  Tamtomo Utamapati, M.Pd
 Pengamat Pendidikan


Pendidikan di Indonesia tidak akan lepas dari peran serta Kepala Sekolah, karena Kepala Sekolah adalah Manajer Sekolah yang tugasnya tidak hanya sebagai Manajer dalam bidang administratif saja, tetapi juga sebagai manajer bidang edukatif. Dengan demikian tugas kepala sekolah tidaklah ringan, terlebih lagi di era otonomi daerah yang memberikan peran yang besar sekali bagi Kepala Sekolah untuk mengembangkan Lembaganya sepesat mungkin. Apalagi dengan diberikannya BOSNAS dan BOPDA bagi sekolah yang bentuk pengelolaan dan pertanggung jawabannya memerlukan energi yang tidak sedikit.   
Dalam kaitannya kepala sekolah sebagai “ Active agent “, bukan  “ Free Agent “, maka keberadaan Kepala Sekolah mau tidak mau haruslah diberi porsi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Apabila gerak kepala sekolah dibatasi oleh instansi diatasnya  ( baca : yayasan ), maka bukan kemajuan yang didapatkannya, tetapi belengu – belenggu yang siap menghadang kebebasan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan citra sekolah serta performance sekolah sebagai Centrum Pendidikan/ Pusat Pendidikan.